Teknologi Hijau – Salam hangat pembaca yang budiman
dimanapun anda berada, bagaimana kabar anda hari ini? Mudah-mudahan
sehat dan tetap semangat menjalankan aktivitas keseharian anda. Pada
tulisan kali ini, saya ingin membahas tentang salah satu permasalahan
global terkait dengan lingkungan hidup yang saat ini sedang marak
diperbincangkan, baik di dunia maupun di Indonesia, yaitu tentang
pemanasan global atau
global warming. Saya yakin pembaca sudah mengetahui apa itu pemanasan global, minimal pernah mendengar kata ‘pemanasan global’ atau
‘global warming’
ketika membaca berita, menonton televisi atau mendengarkan radio.
Rata-rata pemberitaan tersebut bersifat persuasif atau mengajak kita
untuk sadar akan lingkungan sekitar. Bahkan tidak sedikit ada acara,
event, lomba atau gelaran-gelaran lain yang tujuannya mengkampanyekan
untuk menyelematkan bumi dengan jargon
“Save Our Earth”.
Pengetahuan
saya dan pembaca sekalian mengenai pemanasan global tentu berbeda-beda.
Untuk menyamakan persepsi kita mengenai pemanasan global atau
global warming,
ada baiknya kita bahas terlebih dahulu apa itu pemanasan global,
penyebab terjadinya pemasan global dan dampak yang ditimbulkan oleh
pemanasan global.
Pemanasan global atau sering disebut dengan
global warming
adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan
daratan bumi. Bagaimana proses terjadinya pemanasan global? Mari kita
simak pada ilustrasi gambar berikut.
Proses Terjadinya Pemanasan Global
Sumber
panas yang ada di bumi berasal dari panas Matahari yang masuk ke bumi.
Ada sekitar 343 Watt per m2 panas Matahari menuju ke bumi setiap
harinya, namun tidak semuanya diserap oleh bumi karena panas matahari
tersebut harus melewati lapisan-lapisan udara yang ada di bumi. Ketika
melewati lapisan-lapisan udara yang ada di bumi, panas Matahari ada yang
memantul kembali ke atmosfer dan ada yang mendarat ke bumi. Dengan
demikian panas yang diserap oleh bumi berkurang, yaitu sekitar 168 Watt
per m2.
Setelah mendarat ke bumi, panas matahari akan dikeluarkan
lagi oleh bumi ke atmosfer. Normalnya, ketika panas ini dikeluarkan
lagi oleh bumi ke atmosfer, panas bisa bebas dengan sempurna, namun saat
ini panas tersebut sulit untuk keluar dari bumi (terperangkap) karena
meningkatnya gas-gas rumah kaca yang kemudian disebut dengan efek rumah
kaca. Disebut gas rumah kaca, karena adanya gas ini di udara dapat
memberikan efek yang sama seperti rumah kaca, yaitu menyerap dan menahan
panas di dalamnya sehingga suhu yang ada di sekitarnya menjadi panas.
Tampak
pada gambar, sebagian panas bisa keluar dari bumi dan sebagian
terperangkap di bumi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemanasan
global. Panas yang terperangkap itulah yang menyebabkan suhu di bumi
menjadi lebih panas.
Intergovernmental Panel on Climate Change (
IPCC)
atau “Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim” adalah sebuah
kelompok paneliti ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia,
mencatat bahwa suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat
0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
IPCC
menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia”.
Untuk lebih jelasnya mengenai efek rumah kaca, pembaca sekalian dapat
melihat ilustrasi gambar di bawah ini mengenai efek rumah kaca.
Efek Rumah Kaca (Image Credited:
Pelangi)
Efek
rumah kaca disebabkan oleh naiknya tingkat konsentrasi gas
karbondioksida (CO2), methan (CH4), dinitro oksida (N2O) dan gas-gas
lainnya yang ada di atmosfer. Pemicunya dari berbagai hal, mulai dari
asap kendaraan bermotor, asap bahan bakar pabrik, pembakaran hutan,
penggunaan pupuk kimia, kotoran hewan dan lainnya.
Sebenarnya,
jika tidak terjadi peningkatan dari pemicu-pemicu tersebut, alam mampu
menyerap dengan baik gas-gas tersebut untuk menjaga keseimbangan
lingkungan. Misalnya gas karbondioksida (CO2) yang menyumbang cukup
banyak gas rumah kaca, seharusnya dapat diserap oleh tanaman yang
membutuhkan gas CO2 sebagai bahan fotosintesis. Namun, pertumbuhan
tanaman yang kian hari kian memprihatinkan dengan banyaknya penebangan
hutan, sedangkan asap dari kendaraan bermotor maupun pabrik terus
meningkat, membuat gas rumah kaca terus menyelimuti bumi sehingga
pemanasan global akan sulit untuk dihindari.
Penyebab Efek Rumah Kaca
Jika
kita sudah mengetahui apa saja penyebab terjadinya efek rumah kaca, ada
baiknya kita segera mencegah terjadinya penumpukan gas-gas rumah kaca
demi bumi yang lebih baik. Saat ini, mungkin para pembaca sekalian
merasakan peningkatan suhu udara atau panas yang berlebihan dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut merupakan salah satu dampak
terjadinya pemanasan global, yaitu perubahan iklim.
Tidak hanya
di Indonesia, masyarakat di dunia pun merasakan hal yang sama. Selain
itu, perubahan cuaca juga cukup ekstrim, seperti pergeseran rentang atau
lama waktu terjadinya musim kemarau yang terasa lebih panjang.
Seharusnya sudah masuk musim penghujan, tetapi kenapa hujan tak kunjung
turun? Tentu pembaca sekalian merasakan hal tersebut, namun bukan hanya
perubahan iklim akibat yang ditimbulkan dari pemanasan global. Masih
banyak akibat lain yang ditimbulkan dari pemanasan global, mari kita
simak satu persatu.
Dampak Pemanasan Global
1. Kenaikan Permukaan Air Laut
Kenaikan Permukaan Air Laut
Dengan naiknya permukaan air laut, dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi kehidupan biota laut. Pemanasan global atau
global warming
dapat mencairkan es yang ada di kutub, terutama di Greendland dan
memproduksi lebih banyak air. Tinggi permukaan laut di seluruh dunia
telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para
ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35
inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi permukaan air laut akan
mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan
menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan banyak
pulau-pulau lainnya. Terutama Indonesia yang memang dikenal dengan
negara maritim atau kepulauan. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit
pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir
akibat air pasang sulit untuk dielakkan.
2. Peningkatan Intensitas Badai
Peningkatan Intensitas Badai
Badai
dapat terjadi karena dipengaruhi oleh suhu permukaan air laut dan
temperatur udara. Semakin meningkat suhu permukaan air laut dan
temperatur udara, instensitas badai juga akan meningkat. Hal ini
merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global atau
global warming.
Selain intensitas badai menjadi lebih tinggi,
tingkat destruktif atau daya hancur badai itu juga meningkat.
Setidaknya, daya hancur badai dalam 30 tahun terakhir sudah meningkat
50%. Permukaan air yang semakin menghangat akan memicu penguapan yang
lebih besar, kemudian bukan hanya mepermudah terjadinya badai akan
tetapi semakin memperbesar kekuatan badai itu sendiri dalam satu siklus.
3. Makhluk Hidup Terancam Punah
Makhluk Hidup Terancam Punah
Dengan
adanya pemanasan global di bumi, makhluk hidup akan terancam punah.
Ketika es yang ada di kutub mulai mencair, permukaan air laut semakin
tinggi dan peningkatan suhu rata-rata bumi yang terus meningkat, hewan
dan tumbuhan merupakan makhluk hidup pertama yang mendapat ancaman
kepunahan.
Dalam ilustrasi gambar di atas, terdapat seekor
beruang yang sedang kesulitan karena es yang merupakan habitat ia
tinggal mulai mencair. Tampak beruang tersebut merasa kesulitan akan
berpindah ke es yang mungkin sudah sangat sedikit tersisa. Bahkan tidak
sedikit beruang yang mati karena tidak dapat hidup di udara dengan suhu
yang tinggi.
Percakapan Ayah dan Anak Beruang
Tidak
hanya beruang, hewan-hewan yang biasa hidup di daerah tropis pun
mengalami dampak ini. Dengan bergesernya iklim yang membuat kemarau
lebih panjang dari biasanya, banyak hewan tropis yang mati akibat
kekurangan air. Ditambah temperatur udara yang kian hari kian meningkat,
sistem ketahanan tubuh hewan tropis tidak sanggup lagi menahan beban
sehingga harus berakhir dengan kematian.
4. Pergeseran Ekosistem
Pergeseran Ekosistem
Ekosistem
yang paling utama terkena dampak pemanasan global adalah ekosistem
laut. Mengapa demikian? Jelas, dengan meningkatnya suhu permukaan air
laut dan temperatur udara, dapat meningkatkan instensitas badai yang ada
di laut. Semakin sering terjadi badai di laut, semakin terancam pula
ekosistem yang ada di laut. Misalnya terjadi kerusakan terumbu karang
yang ada di laut, hal tersebut memicu kurangnya populasi ikan yang
sebagian besar menggantungkan kehidupannya di terumbu karang.
Selain
laut, ekosistem di pinggir pantai juga akan terkena dampak pemanasan
global. Semakin meningkatnya permukaan air laut akan mengancam kerusakan
ekosistem yang ada di pinggir pantai. Jika air laut sudah mencapai
muara sungai, kemungkinan terjadinya banjir akan meningkat. Selain itu,
pantai-pantai tersebut akan tenggelam seiring dengan meningkatnya
permukaan air laut.
5. Memicu Timbulnya Penyakit
Memicu Timbulnya Penyakit
Perubahan
cuaca dan peningkatan suhu rata-rata bumi dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas. Temperatur tinggi juga
dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan
penyakit busung lapar. Perubahan cuaca yang ekstrim dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai
dan kebakaran).
Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul
penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma
psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem
dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air maupun
penyebaran penyakit melalui udara. Seperti meningkatnya kejadian Demam
Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk berkembang
biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa jenis
penyakit, virus dan bakteri menjadi lebih resisten terhadap obat
tertentu yang target nya adalah organisme tersebut.
Ditambah
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik dan kendaraan yang tidak
terkontrol, akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran
pernapasan seperti asma, alergi, penyakit jantung, paru kronis dan
lain-lain.
Dengan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan pemanasan global atau
global warming,
dibutuhkan solusi cepat dan tepat agar bumi kembali normal. Banyak
hal-hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mengurangi pemanasan
global, mulai dari penghematan listrik dengan mematikan lampu ketika
siang dan tidur, menggunakan perangkat rumah tangga seperti AC, kulkas
dan kompor gas dengan tepat guna, menanam pohon dan mengurangi
penggunaan kertas.
Selain berbagai solusi yang sudah disebutkan di atas, saat ini ada solusi cerdas untuk menghadapi pemanasan global atau
global warming. Solusi apakah itu? Solusi itu adalah Tekonologi Hijau atau
Green Technology.
Teknologi Hijau
adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia berbasis
lingkungan. Ciri teknologi hijau adalah
teknologi yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Saat
ini teknologi hijau sudah mulai diterapkan dibidang elektronik seperti
pembuatan lampu pijar yang lebih hemat energi, layar monitor LED yang
hemat energi dan produk elektronik lainnya.
Seiring berkembangnya
teknologi, dunia otomotif yang merupakan penyumbang emisi gas rumah
kaca terbesar kedua setelah asap pabrik mulai mengembangkan Teknologi
Hijau yang digunakan pada mesin kendaraan bermotor.
JAGALAH LINGKUNGAN DI SEKITAR ANDA (sip)