Saya Zulva Galang Aditya, biasa dipanggil Galang, tapi ada juga teman yang manggil ilang's. Saya berasal dari Kota Metro, Lampung, Indonesia. Sebuah daerah yang indah dengan pemandangan dan tempat wisata yang tidak kalah menarik dengan daerah-daerah lain. Riwayat Pendidikan: SD Muhammadiyah Kota Metro SMP Negeri 4 Kota Metro Terimakasih telah mengunjungi Blog saya, semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi teman-teman sekalian. Salam Kenal.

Backlink

Solusi Cerdas Menghadapi Pemanasan Global

Teknologi Hijau – Salam hangat pembaca yang budiman dimanapun anda berada, bagaimana kabar anda hari ini? Mudah-mudahan sehat dan tetap semangat menjalankan aktivitas keseharian anda. Pada tulisan kali ini, saya ingin membahas tentang salah satu permasalahan global terkait dengan lingkungan hidup yang saat ini sedang marak diperbincangkan, baik di dunia maupun di Indonesia, yaitu tentang pemanasan global atau global warming. Saya yakin pembaca sudah mengetahui apa itu pemanasan global, minimal pernah mendengar kata ‘pemanasan global’ atau ‘global warming’  ketika membaca berita, menonton televisi atau mendengarkan radio. Rata-rata pemberitaan tersebut bersifat persuasif atau mengajak kita untuk sadar akan lingkungan sekitar. Bahkan tidak sedikit ada acara, event, lomba atau gelaran-gelaran lain yang tujuannya mengkampanyekan untuk menyelematkan bumi dengan jargon “Save Our Earth”.
Pengetahuan saya dan pembaca sekalian mengenai pemanasan global tentu berbeda-beda. Untuk menyamakan persepsi kita mengenai pemanasan global atau global warming, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu apa itu pemanasan global, penyebab terjadinya pemasan global dan dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global.
Pemanasan global atau sering disebut dengan global warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Bagaimana proses terjadinya pemanasan global? Mari kita simak pada ilustrasi gambar berikut.
Proses Terjadinya Pemanasan Global
Proses Terjadinya Pemanasan Global
Sumber panas yang ada di bumi berasal dari panas Matahari yang masuk ke bumi. Ada sekitar 343 Watt per m2 panas Matahari menuju ke bumi setiap harinya, namun tidak semuanya diserap oleh bumi karena panas matahari tersebut harus melewati lapisan-lapisan udara yang ada di bumi. Ketika melewati lapisan-lapisan udara yang ada di bumi, panas Matahari ada yang memantul kembali ke atmosfer dan ada yang mendarat ke bumi. Dengan demikian panas yang diserap oleh bumi berkurang, yaitu sekitar 168 Watt per m2.
Setelah mendarat ke bumi, panas matahari akan dikeluarkan lagi oleh bumi ke atmosfer. Normalnya, ketika panas ini dikeluarkan lagi oleh bumi ke atmosfer, panas bisa bebas dengan sempurna, namun saat ini panas tersebut sulit untuk keluar dari bumi (terperangkap) karena meningkatnya gas-gas rumah kaca yang kemudian disebut dengan efek rumah kaca. Disebut gas rumah kaca, karena adanya gas ini di udara dapat memberikan efek yang sama seperti rumah kaca, yaitu menyerap dan menahan panas di dalamnya sehingga suhu yang ada di sekitarnya menjadi panas.
Tampak pada gambar, sebagian panas bisa keluar dari bumi dan sebagian terperangkap di bumi. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Panas yang terperangkap itulah yang menyebabkan suhu di bumi menjadi lebih panas.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau “Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim” adalah sebuah kelompok paneliti ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan seluruh dunia, mencatat bahwa suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir.
IPCC menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia”. Untuk lebih jelasnya mengenai efek rumah kaca, pembaca sekalian dapat melihat ilustrasi gambar di bawah ini mengenai efek rumah kaca.
Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca (Image Credited: Pelangi)
Efek rumah kaca disebabkan oleh naiknya tingkat konsentrasi gas karbondioksida (CO2), methan (CH4), dinitro oksida (N2O) dan gas-gas lainnya yang ada di atmosfer. Pemicunya dari berbagai hal, mulai dari asap kendaraan bermotor, asap bahan bakar pabrik, pembakaran hutan, penggunaan pupuk kimia, kotoran hewan dan lainnya.
Sebenarnya, jika tidak terjadi peningkatan dari pemicu-pemicu tersebut, alam mampu menyerap dengan baik gas-gas tersebut untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Misalnya gas karbondioksida (CO2) yang menyumbang cukup banyak gas rumah kaca, seharusnya dapat diserap oleh tanaman yang membutuhkan gas CO2 sebagai bahan fotosintesis. Namun, pertumbuhan tanaman yang kian hari kian memprihatinkan dengan banyaknya penebangan hutan, sedangkan asap dari kendaraan bermotor maupun pabrik terus meningkat, membuat gas rumah kaca terus menyelimuti bumi sehingga pemanasan global akan sulit untuk dihindari.
Penyebab Efek Rumah Kaca
Penyebab Efek Rumah Kaca
Jika kita sudah mengetahui apa saja penyebab terjadinya efek rumah kaca, ada baiknya kita segera mencegah terjadinya penumpukan gas-gas rumah kaca demi bumi yang lebih baik. Saat ini, mungkin para pembaca sekalian merasakan peningkatan suhu udara atau panas yang berlebihan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut merupakan salah satu dampak terjadinya pemanasan global, yaitu perubahan iklim.
Tidak hanya di Indonesia, masyarakat di dunia pun merasakan hal yang sama. Selain itu, perubahan cuaca juga cukup ekstrim, seperti pergeseran rentang atau lama waktu terjadinya musim kemarau yang terasa lebih panjang. Seharusnya sudah masuk musim penghujan, tetapi kenapa hujan tak kunjung turun? Tentu pembaca sekalian merasakan hal tersebut, namun bukan hanya perubahan iklim akibat yang ditimbulkan dari pemanasan global. Masih banyak akibat lain yang ditimbulkan dari pemanasan global, mari kita simak satu persatu.

Dampak Pemanasan Global

1. Kenaikan Permukaan Air Laut
Kenaikan Permukaan Air Laut
Kenaikan Permukaan Air Laut
Dengan naiknya permukaan air laut, dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi kehidupan biota laut. Pemanasan global atau global warming dapat mencairkan es yang ada di kutub, terutama di Greendland dan memproduksi lebih banyak air. Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi permukaan air laut akan mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6% daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau lainnya. Terutama Indonesia yang memang dikenal dengan negara maritim atau kepulauan. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang sulit untuk dielakkan.
2. Peningkatan Intensitas Badai
Peningkatan Intensitas Badai
Peningkatan Intensitas Badai
Badai dapat terjadi karena dipengaruhi oleh suhu permukaan air laut dan temperatur udara. Semakin meningkat suhu permukaan air laut dan temperatur udara, instensitas badai juga akan meningkat. Hal ini merupakan salah satu dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global atau global warming.
Selain intensitas badai menjadi lebih tinggi, tingkat destruktif atau daya hancur badai itu juga meningkat. Setidaknya, daya hancur badai dalam 30 tahun terakhir sudah meningkat 50%. Permukaan air yang semakin menghangat akan memicu penguapan yang lebih besar, kemudian bukan hanya mepermudah terjadinya badai akan tetapi semakin memperbesar kekuatan badai itu sendiri dalam satu siklus.
3. Makhluk Hidup Terancam Punah
Makhluk Hidup Terancam Punah
Makhluk Hidup Terancam Punah
Dengan adanya pemanasan global di bumi, makhluk hidup akan terancam punah. Ketika es yang ada di kutub mulai mencair, permukaan air laut semakin tinggi dan peningkatan suhu rata-rata bumi yang terus meningkat, hewan dan tumbuhan merupakan makhluk hidup pertama yang mendapat ancaman kepunahan.
Dalam ilustrasi gambar di atas, terdapat seekor beruang yang sedang kesulitan karena es yang merupakan habitat ia tinggal mulai mencair. Tampak beruang tersebut merasa kesulitan akan berpindah ke es yang mungkin sudah sangat sedikit tersisa. Bahkan tidak sedikit beruang yang mati karena tidak dapat hidup di udara dengan suhu yang tinggi.
Percakapan Ayah dan Anak Beruang
Percakapan Ayah dan Anak Beruang
Tidak hanya beruang, hewan-hewan yang biasa hidup di daerah tropis pun mengalami dampak ini. Dengan bergesernya iklim yang membuat kemarau lebih panjang dari biasanya, banyak hewan tropis yang mati akibat kekurangan air. Ditambah temperatur udara yang kian hari kian meningkat, sistem ketahanan tubuh hewan tropis tidak sanggup lagi menahan beban sehingga harus berakhir dengan kematian.
4. Pergeseran Ekosistem
Pergeseran Ekosistem
Pergeseran Ekosistem
Ekosistem yang paling utama terkena dampak pemanasan global adalah ekosistem laut. Mengapa demikian? Jelas, dengan meningkatnya suhu permukaan air laut dan temperatur udara, dapat meningkatkan instensitas badai yang ada di laut. Semakin sering terjadi badai di laut, semakin terancam pula ekosistem yang ada di laut. Misalnya terjadi kerusakan terumbu karang yang ada di laut, hal tersebut memicu kurangnya populasi ikan yang sebagian besar menggantungkan kehidupannya di terumbu karang.
Selain laut, ekosistem di pinggir pantai juga akan terkena dampak pemanasan global. Semakin meningkatnya permukaan air laut akan mengancam kerusakan ekosistem yang ada di pinggir pantai. Jika air laut sudah mencapai muara sungai, kemungkinan terjadinya banjir akan meningkat. Selain itu, pantai-pantai tersebut akan tenggelam seiring dengan meningkatnya permukaan air laut.
5. Memicu Timbulnya Penyakit
Memicu Timbulnya Penyakit
Memicu Timbulnya Penyakit
Perubahan cuaca dan peningkatan suhu rata-rata bumi dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas. Temperatur tinggi juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan penyakit busung lapar. Perubahan cuaca yang ekstrim dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran).
Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air maupun penyebaran penyakit melalui udara. Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa jenis penyakit, virus dan bakteri menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut.
Ditambah dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik dan kendaraan yang tidak terkontrol, akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, penyakit jantung, paru kronis dan lain-lain.
Dengan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan pemanasan global atau global warming, dibutuhkan solusi cepat dan tepat agar bumi kembali normal. Banyak hal-hal yang dapat kita lakukan untuk membantu mengurangi pemanasan global, mulai dari penghematan listrik dengan mematikan lampu ketika siang dan tidur, menggunakan perangkat rumah tangga seperti AC, kulkas dan kompor gas dengan tepat guna, menanam pohon dan mengurangi penggunaan kertas.
Cara Mengurangi Global Warming
Cara Mengurangi Global Warming (Image Credited: Stop Global Warming Club)
Selain berbagai solusi yang sudah disebutkan di atas, saat ini ada solusi cerdas untuk menghadapi pemanasan global atau global warming. Solusi apakah itu? Solusi itu adalah Tekonologi Hijau atau Green Technology. Teknologi Hijau adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia berbasis lingkungan. Ciri teknologi hijau adalah teknologi yang hemat energi dan ramah lingkungan.
Saat ini teknologi hijau sudah mulai diterapkan dibidang elektronik seperti pembuatan lampu pijar yang lebih hemat energi, layar monitor LED yang hemat energi dan produk elektronik lainnya.
Seiring berkembangnya teknologi, dunia otomotif yang merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua setelah asap pabrik mulai mengembangkan Teknologi Hijau yang digunakan pada mesin kendaraan bermotor.
 JAGALAH LINGKUNGAN DI SEKITAR ANDA (sip)
Judul: Solusi Cerdas Menghadapi Pemanasan Global
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh ZuGalang Aditya

Terima Kasih Atas Kunjungan sobat...
Sobat baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Solusi Cerdas Menghadapi Pemanasan Global. Sobat bisa bookmark halaman ini dengan URL https://galangadityaa.blogspot.com/2013/05/solusi-cerdas-menghadapi-pemanasan.html. Terima kasih!
Share on :
SHARE4RT Updated at:

2 komentar untuk "Solusi Cerdas Menghadapi Pemanasan Global"

  1. artikel yang sangat bangus dan memotivasi pembaca akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan dari kerusakan. thanks a lot

    BalasHapus

Pulsa Gratis